Apa nama keledaimu?

Hari Minggu Palma:
Peringatan Masuknya Yesus ke Yerusalem
By: Pastor Paulus Tongli, Pr

Keledai di dalam peristiwa masuknya Yesus ke Yerusalem sebenarnya merupakan binatang pelengkap, tetapi dari peran pelengkap ini, ada hal yang patut kita renungkan. Ceritera akan sangat berbeda, seandainya pemilik tak dikenal dari keledai itu menolak untuk merelakan keledainya untuk dipergunakan. Betapa pun anonimnya seseorang, ia tetap dapat menjalankan peran tertentu di dalam rencana Allah yang tak terbatalkan. Tuhan membutuhkan setiap orang dari antara kita, sebagaimana ia membutuhkan peran dari pemilik keledai yang tak dikenal itu. 

Kita tidak pernah tahu siapa pemilik keledai itu, tetapi dari fakta bahwa ia mengerti bahwa “Tuhan” yang dimaksudkan oleh para murid itu adalah Yesus, dan secara suka rela memberikan keledainya untuk digunakan, menunjukkan bahwa ia mungkin sudah mengenal Yesus dan bahkan mungkin telah menjadi murid Yesus secara diam-diam. Kalau tidak demikian, tentulah ia telah bertanya: siapa yang dimaksukan dengan “Tuhan”.
Seekor keledai kala itu merupakan suatu yang sangat berharga. Keledai dapat disamakan dengan mobil, truk atau traktor. Keledai dapat ditunggangi untuk bepergian, untuk berbelanja, mengangkut barang-barang, dan bahkan untuk menarik bajak dalam mengolah ladang atau sawah. Namun ditambahkan bahwa keledai itu belum pernah ditunggangi, masih muda. Dari fakta-fakta ini tampak bahwa sebenarnya keledai itu bagi pemiliknya masih sangat dijaga dan disayang, tetapi ia merelakannya karena Tuhan membutuhkannya. Hal itu merupakan suatu tindakan iman yang “nekad” dan sangat murah hati.
Amatilah sikap yang muncul di dalam ceritera berikut ini.
Seorang pengkhotbah yang popular diundang oleh sebuah paroki untuk menggerakkan umat yang mulai tampak lesu. Menjelang akhir kotbahnya, ia berkata “kita harus memajukan gereja ini”. Seseorang yang duduk di belakang bangkit berdiri dan sambil mengepalkan tangannya menyahut, “Amin, mari kita maju”. Pengkotbah itu kemudian menimpalinya, “untuk bisa  maju, gereja ini harus bangkit dan berlari”. Seorang yang lain lagi menyahut, “bangkitlah gerejaku dan berlarilah”. Merasakan semangat yang mulai muncul di kalangan umat, pengkotbah itu melanjutkan, “agar gereja ini bisa sungguh maju, ia harus terbang, tinggal landas”. Dengan suara lebih keras seseorang berteriak, “biarlah ia terbang, biarkan ia terbang”. Pengkhotbah itu berseru, “Jika gereja ini sungguh mau terbang, ia membutuhkan dana”. Lalu menyusul suasana hening. Lalu orang yang tadi duduk di belakang tadi berteriak lagi, “mari kita maju”.
Saya pernah membaca kesaksian berikut ini, yang dapat mengingatkan kita bahwa setiap orang dari antara kita sebenarnya memiliki keledai yang dibutuhkan oleh Tuhan.
Kadang-kadang saya merasa bahwa Tuhan membutuhkan saya untuk memberikan sesuatu kepadaNya, dan kadang-kadang saya tidak memberikannya, karena saya tidak tahu dengan pasti sesuatu itu, dan kemudian saya merasa tidak enak, karena saya telah melewatkan kesempatan itu. Pada kesempatan lain saya tahu bahwa ia membutuhkan sesuatu, tetapi saya tidak memberikannya, karena saya sendiri membutuhkannya. Dan pada saat lain, waktunya terlalu sempit, saya mendengarnya dan daya taat kepadanya dan merasa terhormat karena suatu pemberian dari saya telah memungkinkan Yesus dibawa ke tampat lain. Dan pada kesempatan lain saya kagum jika hal kecil yang saya lakukan telah menimbulkan perubahan untuk jangka waktu yang lama.
Mungkin kita pun memiliki perasaan yang sama. Kita semua memiliki “keledai” itu. Anda dan saya memiliki sesuatu di dalam hidup kita, yang bila kita mengembalikannya kepada Allah, dapat seperti keledai itu, membawa Yesus dan kabar gembira ke tempat-tempat yang jauh. Keledai itu dapat berupa kemampuan-kemampuan yang dapat diabdikan untuk kebersamaan. Mungkin anda dapat membantu orang yang berkekurangan, dapat menyanyi, membaca, memprogramkan computer, menulis, mengajar, atau apa saja yang dapat anda sumbangkan untuk orang lain. Apa pun juga itu adalah keledai anda, yang dapat anda relakan untuk digunakan Tuhan.
Apa pun keledai anda, keledai itu milik-Nya. Talenta anda adalah miliknya. “Jika ada orang mengatakan kepadamu: mengapa kamu melakukan itu (mengambil keledai itu), jawablah: Tuhan memerlukannya”.
Jadi, apa nama keledaimu? Tuhan membutuhkannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 Hari Raya yang disamakan dengan Hari Minggu

Apakah makna orang Katolik memasang lilin di depan Patung Yesus atau Maria?

“DIPERLENGKAPI UNTUK SALING MELENGKAPI DI TENGAH KEANEKARAGAMAN”