Ditulis pada hari Jumat Agung oleh Kahlil Gibran

(Diterjemahkan dari "The Crucified" karya Kahlil Gibran) 
------------------------------- -----------------------------

Hari ini, dan pada hari yang sama seperti ini setiap tahun, 
orang-orang terbangun dari tidur lelap mereka dan berdiri di hadapan gambaran mengerikan sepanjang zaman,
memandang dengan mata berlinang air mata ke arah Bukit Kalvari untuk menyaksikan Yesus orang Nazaret dipaku di 
kayu salib. Namun ketika hari berakhir dan malam tiba, orang-orang kembali pulang dan berlutut,
berdoa di depan para berhala yang didirikan ditiap puncak bukit, tiap padang rumput, dan tiap tumpukan gandum.

Hari ini, jiwa-jiwa orang Kristen mengendarai sayap-sayap kenangan dan terbang ke Yerusalem.
Di sana mereka akan berdiri dalam kerumunan, memukuli dada mereka dan memandang kepada Dia, yang dimahkotai anyaman duri, 
yang merentangkan tangan-Nya menghadap langit dan memandang dari belakang tirai Maut ke arah kedalaman Hidup.
Namun saat tabir malam turun menyelimuti panggung hari dan drama singkat itu berakhir,
orang-orang Kristen akan pulang dalam kelompok-kelompok dan berbaring kembali dalam bayangan 
ketidaksadaran di antara serpihan-serpihan keacuhan dan kemalasan. Pada hari yang satu ini setiap tahun, para filsuf meninggalkan gua gelap mereka, 

dan para pemikir meninggalkan penjara dingin mereka, dan para penyair meninggalkan taman khayalan mereka, dan mereka semua berdiri 
dengan takjub di atas gunung yang sunyi itu, mendengarkan suara seorang pemuda berkata kepada para pembunuh-Nya,
"Oh, Bapa, ampuni mereka, karenan mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat!" 
Namun saat kesunyian yang gelap mencekik suara-suara cahaya, para filsuf dan pemikir dan penyair kembali ke gua-gua sempit mereka dan menyelimuti jiwa-jiwa mereka dengan lembaran -lembaran kertas yang tak berarti. Perempuan-perempuan yang menyibukkan diri mereka dengan kemewahan 

hidup akan bangun hari ini dari atas bantal-bantal mereka untuk melihat seorang perempuan yang berduka berdiri di depan salib seperti tunas muda 
yang lembut berdiri di hadapan badai yang mengamuk, dan jika mereka mendekati dia,
mereka akan mendengar suara erangan yang dalam dan duka yang menyakitkan.Para pemuda dan pemudi yang berlomba dengan arus peradaban modern akan berhenti pada hari ini untuk sejenak melihat ke belakang kepada pemudi Magdalena yang dengan air matanya membasuh noda-noda darah dari kaki Manusia Kudus yang digantung

di antara langit dan bumi, dan ketika mata mereka yang dangkal menjadi lelah oleh pemandangan itu,
mereka akan pergi dan sebentar kemudian sudah tertawa-tawa dalam keceriaan masa muda mereka. Pada hari ini setiap tahun, kemanusiaan bangun bersama dengan datangnya musim semi dan berdiri menangis di hadapan Si Orang Nazaret Yang Menderita, tapi mereka kemudian menutup mata mereka dan menyerahkan diri mereka pada tidur yang lelap.

Namun musim semi akan tetap terjaga, tersenyum dan berjalan terus sampai bertemu dengan musim panas yang 
berjubahkan pakaian keemasan yang harum. Kemanusiaan adalah seorang peratap yang suka meratapi kenangan akan para pahlawan sepanjang zaman. Jika kemanusiaan memiliki pengertian, ia akan bersuka cita karena kemenangan para pahlawan mereka.
Kemanusiaan adalah seperti seorang anak yang berdiri dalam suka cita kemenangan di samping binatang buas yang terluka. 
Kemanusiaan tertawa di hadapan arus yang semakin kuat yang membawa cabang-cabang kering pepohonan ke dalam ketidaksadaran. Kemanusiaan menyapu bersih semua hal yang lemah dengan keteguhan hati. Kemanusiaan memandang Yesus dari Nazaret sebagai seorang yang dilahirkan dalam kecelakaan,

yang menderita sengsara dan penghinaan bersama-sama orang-orang lemah lainnya.Dan Ia dikasihani, karena 
kemanusiaan percaya bahwa Ia disalibkan dengan sangat menyakitkan. Dan apa yang bisa ditawarkan kemanusiaan kepada Yesus hanyalah tangisan dan teriakan duka dan ratapan. Selama berabad-abad kemanusiaan telah memuja 
kelemahan didalam diri Sang Penebus. Si Orang Nazaret tidak lemah! Ia kuat dan tetap kuat sampai sekarang. Namun orang-orang menolak untuk mendengarkan arti sesungguhnya dari kekuatan. Yesus tidak pernah hidup dalam ketakutan, atau mati karena menderita atau mengeluh.

Ia hidup sebagai seorang pemimpin. Ia disalib sebagai seorang pejuang.
Ia mati dengan kepahlawanan yang membuat para pembunuh dan penyiksa-Nya gentar ketakutan. Yesus bukanlah seekor burung dengan sayap-sayap yang patah.

Ia adalah badai yang mengamuk yang mematahkan semua sayap-sayap yang bengkok.
Ia tidak takut pada para penyiksa-Nya maupun musuh-musuh-Nya.
Ia tidak menderita dihadapan para pembunuh-Nya. Ia bebas dan berani dan menantang.
Ia melawan semua tiran dan penguasa lalim. Ia melihat bisul yang menular dan memotongnya.
Ia membungkam kejahatan dan menghancurkan kepalsuan dan mencekik ketidaksetiaan. Yesus tidak datang dari pusat Terang untuk menghancurkan rumah-rumah dan membangun biara-biara di atas reruntuhannya.

Ia tidak membujuk para pemuda untuk menjadi biarawan atau imam, tapi Ia datang untuk mengutus suatu 
semangat baru di muka bumi ini, dengan kuasa untuk meruntuhkan landasan setiap kerajaan
yang dibangun di atas tulang-tulang dan tengkorak manusia. 
Ia datang untuk melenyapkan istana-istana yang didirikan di atas kuburan orang-orang lemah,
dan untuk menghancurkan berhala-berhala yang dibuat di atas jasad orang-orang miskin.
Yesus tidak diutus ke dunia untuk mengajarkan manusia membangun gereja-gereja yang megah di antara gubuk-gubuk kumuh 
dan pemukiman miskin yang dingin. Ia datang untuk menjadikan hati manusia sebuah tempat kudus,
dan jiwa manusia sebuah mezbah dan pikiran manusia seorang imam. Ini semua adalah tujuan Yesus orang Nazaret, dan ini adalah ajaran-ajaran-Nya yang menyebabkan Ia disalib.

Dan jika kemanusiaan bijaksana, ia akan berdiri hari ini dan menyanyikan lagu kemenangan 
dan himne kejayaan dengan gegap gempita. Oh Yesus yang disalib, yang dari Bukit Kalvari melihat perjalanan menyedihkan zaman ini dengan duka,

dan mendengar teriakan keras bangsa-bangsa dalam kegelapan, dan mengerti impian-impian kekekalan. Engkau, di atas salib, adalah lebih mulia dan berharga dari seribu raja-raja 

di atas seribu tahta dari seribu kerajaan. Engkau, dalam sengsara kematian-Mu, lebih kuat dari seribu panglima dalam seribu peperangan. Dengan kesedihan-Mu, Engkau lebih berbahagia dari musim semi dengan bunga-bunganya. Dengan penderitaan-Mu, Engkau lebih berani untuk diam daripada malaikat-malaikat surgawi yang menangis. Di hadapan para penyesah-Mu, Engkau lebih teguh dari gunung batu. Mahkota duri-Mu lebih cemerlang dan mulia dari mahkota Bahram.Paku-paku yang menembus tangan-tangan-Mu lebih indah dari tongkat kekuasaan Dewa Yupiter. Percikan darah di kaki-Mu lebih indah dari kalung Dewi Ishtar.Ampunilah orang-orang lemah yang meratapi Engkau hari ini, karena mereka tidak tahu bagaimana meratapi diri mereka sendiri. Ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu bahwa Engkau sudah menaklukkan kematian dengan kematian-Mu,

dan mengaruniakan hidup di atas kematian. Ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu bahwa kekuatan-Mu masih menanti mereka. Ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu bahwa setiap hari adalah hari-Mu.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 Hari Raya yang disamakan dengan Hari Minggu

Apakah makna orang Katolik memasang lilin di depan Patung Yesus atau Maria?

“DIPERLENGKAPI UNTUK SALING MELENGKAPI DI TENGAH KEANEKARAGAMAN”