Sharing iman

-->
 Minggu Paskah III 
Tahun B


 Sumber Insipirasi: (Luk 24:35-48)


 Oleh Pastor Paulus Tongli, Pr

Bacaan injil hari ini memberikan sisi lain dari bacaan injil minggu yang lalu. Jika bacaan injil minggu lalu mengambil tema pengalaman akan Tuhan yang bangkit, bacaan injil minggu ini mengambil tema: sharing atau berbagi iman dengan yang lain. Kristus menginginkan para pengikutnya untuk menjadi saksiNya, dan memberikan kesaksian adalah seperti sebuah mata uang yang memiliki dua sisi. Sisi yang satu berkaitan dengan  hal melihat dan memiliki pengetahuan akan sesuatu melalui pengalaman pribadi (bukan sekedar mendengar), dan sisi yang lainnya berkaitan dengan kemampuan untuk memberikan kesaksian akan hal itu di hadapan orang lain. Bahwa kita dipanggil untuk menjadi saksi Kristus berarti bahwa kita pertama-tama dipanggil untuk memiliki pengalaman pribadi akan Kristus dan lalu membagikan pengalaman itu kepada orang lain. Sayangnya banyak orang Kristen hanya menempuh setengah jalan dengan terus memperdalam pengenalannya akan Kristus tanpa membagikan pengalamannya dengan yang lain. Padahal iman itu adalah seperti nyala api: semakin sepotong kayu meneruskan nyala apinya kepada potongan-potongan kayu yang lain, semakin teranglah nyala api itu, tetapi bila kayu itu menolak untuk meneruskanya nyala apinya, ada bahaya bahwa ia sendiri akan padam. 

Seorang kakek yang lumpuh pada suatu hari diminta untuk berceritera tentang seorang guru yang terkenal di daerahnya, dan ia menceriterakan tentang gurunya yang sering melompat dan menari ketika ia berdoa. Orang tua itu bangkit sementara ia berceritera dan mulai melompat dan menari untuk menunjukkan bagaimana gurunya dulu melakukannya. Sejak saat itu ia sembuh dari kelumpuhannya. Bilamana kita menceriterakan tentang Kristus, kita meningkatkan dua hal. Kita memungkinkan orang lain mengalaminya dan kita sendiri semakin lebih mengalami kuasanya . Kita dapat melihat hal itu terjadi di dalam injil hari ini. 

Dua orang murid berjumpa dengan Tuhan yang bangkit dalam perjalanan ke Emaus. Mereka kembali ke Yerusalem untuk membagikan pengalaman mereka dengan para murid yang lain. Kita baca bahwa “… sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: "Damai sejahtera bagi kamu!" (Luk 24:36). Kristus menghadirkan dirinya di dalam proses sharing pengalaman iman dengan murid-murid yang tidak percaya. Kini kesebelas murid dan semua teman-teman yang hadir sedang diubah untuk juga dapat mengalami Tuhan yang bangkit. Tampaklah bahwa kedua murid yang membagikan pengalamannya itu telah menjadi suatu penguatan yang besar bagi iman murid-murid yang lain. Kesaksian mereka telah membawa daya yang besar. 

Apa gerangan yang Yesus buat bagi mereka yang mengalami Dia? Pertama, Ia menyampaikan damai sejahtera kepada hati mereka yang risau. Lalu Ia berusaha meyakinkan mereka bahwa Yesus dari Nasaret yang menderita dan mati secara keji di kayu salib adalah yang sama dengan yang kini hidup dalam kemuliaan Allah. Ia makan ikan, meskipun Ia tidak membutuhkan makanan itu, untuk membuktikan hal itu. Lalu Ia membuka pikiran mereka untuk mengerti kitab suci dan bagaimana kitab suci itu menunjuk kepadaNya. Akhirnya ia memberi mereka mandat untuk menjadi saksiNya. “Kamu adalah saksi dari semuanya ini” (Luk 24:48). Inilah yang dilakukan Yesus bilamana Ia menampakkan diri di tengah perkumpulan para murid pada hari Minggu pagi 2000 tahun yang lalu. Dan inilah pula yang Ia lakukan jika Ia menampakkan diri di tengah umat beriman yang berkumpul pada hari minggu saat ini di sini. 

Perhatikanlah bagaimana aktifnya Yesus. Dialah yang memberikan mereka damai sejahtera. Dialah yang menguatkan iman mereka dan menjauhkan keraguan mereka. Dialah yang membuka pikiran mereka dan menjelaskan kitab suci kepada mereka. Dialah yang menyatakan mereka sebagai saksinya. Para murid tidak melakukan banyak hal di dalam perjumpaan itu selain membuka mata mereka untuk melihat Dia, membuka hati mereka untuk membiarkan damaiNya masuk, membuka pikiran mereka untuk menerima perintahNya. Dan pada akhirnya, ketika Dia berkata, “Kamu adalah saksi dari semuanya ini”, mereka diharapkan untuk memberikan tanggapan, “Ya, Tuhan”, lalu pergi dan mencoba untuk menjadi seperti yang diinginkan Kristus. 

Bagaimanakah kita menjadi saksi Kristus? Dalam hal inilah kita harus belajar dari dua murid Emaus tadi. Bukanlah dengan mengancam orang dengan api neraka yang kekal. Juga bukan dengan memperdebatkan masalah-masalah teologis yang kontroversial. Sederhana saja, kedua murid itu menceriterakan apa yang mereka alami secara pribadi dalam perjumpaan dengan Tuhan yang bangkit. Itulah berbagi atau sharing dengan orang lain, mengapa kita menjadi Kristen. Sebagaimana St. Petrus berkata: “… siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat” (1 Pet 3:15).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 Hari Raya yang disamakan dengan Hari Minggu

Apakah makna orang Katolik memasang lilin di depan Patung Yesus atau Maria?

“DIPERLENGKAPI UNTUK SALING MELENGKAPI DI TENGAH KEANEKARAGAMAN”