BERUBAH UNTUK BERBUAH


Hari Raya Pentakosta
P. Sani Saliwardaya, MSC
Sumber Inspirasi:Kis.2:1-11; Gal. 5:16-25; 
Yoh. 15:26-27, 16:12-15

Lima puluh hari sesudah Kebangkitan Yesus dan sepuluh hari sesudah Kenaikan-Nya ke Sorga, Gereja merayakan hari Raya Pentakosta, turunnya Roh Kudus atas Para Rasul. Peristiwa Pentakosta menjadi titik awal dan titik balik karya perutusan Gereja Purba. Disebut titik awal karena sejak peristiwa Pentakosta itulah, Para Rasul secara terbuka memberikan kesaksian tentang komunitas mereka serta perutusannya. Dan disebut titik balik, karena sejak peristiwa Pentakosta itu pula, mereka secara berani dan terus terang mewartakan Kristus, yang telah dibunuh namun dibangkitkan Allah, sebagai Juru Selamat umat manusia. Peristiwa Pentakosta telah mengubah Para Rasul, hidup dan perutusan mereka. Mengapa mereka bisa berubah? 
Marilah kita sedikit cermati peritiwa Pentakosta itu sendiri yang dikisahkan dalam bacaan I. Ada dua hal menarik yang dikisahkan di sana.
Pertama-tama, peristiwa Pentakosta dilukiskan dengan turunnya Roh Kudus dalam rupa lidah-lidah api atas Para Rasul. Lidah api merupakan simbol dari kehadiran yang bercorak ilahi, yakni kehadiran Allah sendiri. Kita ingat peristiwa Musa di gunung Horeb (bdk. Kel. 3:2-6). Musa mengalami penampakan kehadiran Allah dalam rupa api yang keluar dari semak tetapi tidak menyebabkan kebakaran di sekitarnya. Hal yang mirip juga dialami oleh dua murid Emaus. Dalam kekecewaannya karena kematian Yesus, sang Guru, dua murid ini meninggalkan Yerusalem menuju ke Emaus. Di tengah perjalanannya mereka berjumpa dengan Yesus yang telah bangkit namun tidak dikenali oleh mereka. Meskipun demikian hati mereka berkobar-kobar ketika berbicara dengan Yesus (bdk. Luk. 23:32).  Berkobar-kobar merupakan gambaran untuk melukiskan api. Roh Kudus yang disimbolkan dengan api merupakan Roh Allah yang mengobarkan dan memberikan semangat baru kepada orang-orang yang berharap dan percaya kepada-Nya. 
Peristiwa yang kedua yang dilukiskan dalam Kis. 2:1-11 adalah Para Rasul berbicara dengan bahasa yang bisa dipahami oleh banyak orang. Peristiwa ini tidaklah harus dimengerti bahwa Para Rasul tiba-tiba menjadi ahli-ahli bahasa yang dapat berbicara dengan aneka bahasa secara lancar. Peristiwa ini mau mengatakan bahwa berkat kehadiran ilahi yang memenuhi hati mereka, Para Rasul dimampukan untuk menyampaikan kembali pengalaman itu dengan bahasa atau cara yang bisa dipahami dan dimengerti oleh banyak orang yang datang menyaksikan peristiwa tersebut. Dengan demikian, yang terjadi adalah berkat kehadiran Allah, mereka dimampukan untuk mengolah pengalaman iman mereka sampai mampu mengungkapkan / menyatakan kembali dengan cara yang mudah ditangkap, dipahami  dan dimengerti oleh banyak orang. Dengan kata lain, berkat kehadiran ilahi, Para Rasul dimampukan untuk membagikan pengalaman imannya sehingga banyak orang yang memahaminya. Pemahaman orang lain akan pengalaman iman Para Rasul itulah yang disebut buah-buah Roh: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan, penguasaan diri (bdk. bacaan II). Buah-buah Roh itu adalah bahasa / cara berkomunikasi yang bisa dipahami dan dimengerti oleh banyak orang dan yang dapat mempertemukan dan mempersatukan perbedaan-perbedaan yang ada dalam kelompok-kelompok dan golongan-golongan.  Dengan demikian, Roh Kudus yang mengaruniakan kemampuan berbicara adalah Roh yang menyalakan dan menerangi hati manusia untuk mencari, menemukan dan melaksanakan buah-buah Roh sebagai  bahasa / cara yang dapat dimengerti dan dipahami oleh orang lain agar terjalin kesatuan dan kerukunan. Dalam arti ini, Gereja senantiasa membutuhkan Pentakosta.
Gereja membutuhkan Roh Allah yang mengobarkan dan memberikan semangat baru.
Dalam Injil hari ini, Yesus menjanjikan kepada para murid-Nya untuk mengutus Penghibur, yakni Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa. Roh Kebenaran inilah yang akan mengajar para murid tentang Kebenaran serta yang akan memberi kesaksian tentang Kristus. Karena itu, Yesus mengajak agar mereka juga harus memberi kesaksian tentang Kristus karena mereka telah hidup bersama-sama dengan Kristus.
Perintah untuk memberi kesaksian tentang Kristus juga diberikan kepada kita. Memberi kesaksian tentang Kristus pertama-tama bukan sekedar berbicara atau membicarakan tentang Kristus, tetapi hidup menurut cara Kristus. Dalam kehidupan sehari-hari, hidup menurut cara Kristus tidaklah mudah; ada banyak tantangan dan godaan di sana. Tetapi apa yang tidak mudah ini bukan berarti tidak bisa dilaksanakan. Kita semestinya berani menghadapi tantangan dan kesulitan tersebut. Masihkah kita memiliki semangat untuk berjuang dan menghadapi tantangan kehidupan kita masing-masing?
Gereja membutuhkan Roh yang menyalakan dan menerangi hati umatnya untuk mencari, menemukan dan melaksanakan buah-buah Roh yang bisa dipahami oleh orang lain.
Dalam kehidupan bersama, baik di dalam keluarga, masyarakat maupun di dalam Gereja, tidak jarang kita mengalami konflik, kesalah-pahaman satu sama lain. Salah satu penyebab konflik dan kesalah-pahaman itu karena cara kita menyampaikan dan melaksanakan tindakan kita sering tidak bisa ditangkap, dimengerti dan dipahami oleh orang lain. Kita memiliki kecenderungan untuk mencari cara kita sendiri dan melaksanakannya sendiri. Cara sedemikian ini memang akan terasa lebih gampang dan cepat, tidak perlu berdiskusi dan berdebat serta tidak buang-buang energi. Tetapi dampak negatipnya adalah perselisihan dan perseteruan. Sebagai makhluk sosial, yang hidup bersama dengan orang lain, kita membutuhkan suatu komunikasi, dialog, bertukar pikiran dan perasaan agar terjadi saling pengertian dan pemahaman. Buah-buah Roh Kudus yang positip itu tidak boleh dilaksanakan dengan cara-cara yang negatip. Kita memerlukan pencerahan Roh Kudus untuk membuka dan menerangi hati kita agar kita tidak hanya berfokus pada kepentingan diri kita sendiri.
Sebagaimana Para Rasul berubah karena pemahamannya akan buah-buah Roh Kudus, semoga kita juga mau berubah agar bisa menghasilkan buah-buah Roh Kudus yang bisa dinikmati oleh banyak orang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 Hari Raya yang disamakan dengan Hari Minggu

Apakah makna orang Katolik memasang lilin di depan Patung Yesus atau Maria?

“DIPERLENGKAPI UNTUK SALING MELENGKAPI DI TENGAH KEANEKARAGAMAN”