Biji Sesawi

Dua puluh lima anak-anak sekolah bersama dengan guru mereka pergi ke Washington D.C. untuk melihat Gedung Putih. Ketika mereka kembali ke kelas, guru itu menyuruh setiap murid untuk menulis sebuah karangan singkat tentang tamasya ke Gedung Putih. Dua puluh lima karangan merefleksikan dua puluh lima aspek tempat tinggal kepresidenan. Satu anak menulis, "Gedung Putih adalah seperti ini," diikuti dengan penjelasan mengenai ciri yang paling relevan menurut penglihatan mereka. Anak yang lain menggunakan pendahuluan yang sarna di dalam karangannya, tetapi menggambarkan perspektif Gedung Putih secara keseluruhan dengan cara yang berbeda-beda, 

Yesus memberitahu murid-murid-Nya karakteristik Kerajaan Allah yang banyak. Dia menjelaskan segi individual dari peraturan Kerajaan Allah melalui perumpamaan-perumpamaan. Jadi Dia memperkenalkan perumpamaan-Nya dengan frasa: "Kerajaan Allah adalah seperti .... " 

Perumpamaan tentang biji sesawi sangat kontras dengan perumpamaan gandum dan lalang, di mana perumpamaan biji sesawi ini sangat singkat. Yesus menggambarkan ukuran biji sesawi yang menakjubkan hanya dengan beberapa kata ("pohon" di dalam Injil Matius dan Lukas; di dalam Injil Markus "sayuran") yang berkembang dari biji yang sangat kecil yang ditanam di kebun-kebun. Yesus menekankan perbedaan antara kecilnya biji dan besarnya sayuran dengan jelas. Dia tidak mengatakan sepatah katapun tentang kualitas biji sesawi. Dia dapat menyebutkan kegunaannya untuk makanan dan obat-obatan, warnanya dan rasanya, tetapi yang dimaksudkan perumpamaan ini bukanlah tentang kualitas. 

Yesus menggunakan contoh dari kehidupan sehari-hari, Di dalam masyarakat kita yang modern, tidak banyak orang yang mengenal masalah kebun, yang mereka kenal adalah makanan kalengan, botolan dan makanan bungkusan. Tetapi pada zaman Yesus, hampir setiap orang mempunyai tanah perkebunan sendiri. Bahkan pendeta pun pada zaman itu memberikan sepersepuluh dari rempah-rempah selasih, adas manis dan jintan - dari kebun mereka (Matius 23:23) . Sayuran sesawi selalu ada di setiap kebun. Sayuran ini sangat sering ditanam di tanah yang merupakan batas kebun karen a sayuran ini membutuhkan banyak tempat. Di dalam Injil Matius, tukang kebunnya menanam biji sesawi di ladang, di dalam Injil Lukas ditanam di sebidang tanah, dan di dalam Injil Markus di kebun. 

Tukang kebun itu hanya mengambil satu biji sesawi. Sepertinya jari-jarinya terlalu besar untuk memegang sebutir biji yang sangat kecil. Dia menaburkan biji di ladangnya karena dia tahu bahwa biji yang kecil itu mempunyai kemampuan untuk tumbuh menjadi tanaman yang seukuran pohon[3]. Dia hanya memerlukan satu tanaman. Dan Dia mengetahui kekontrasan an tara biji dan tanaman[4]. Sebenarnya, ukuran biji sesawi yang sangat kedl itu telah terkenal sejak abad pertama. Suatu kali Yesus mengatakan: " Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, ... " (Matius 17:20) [5]. Baik Matius maupun Markus secara eksplisit mengatakan bahwa benih sesawi "adalah yang paling kecil dari semua benih yang lain"[6]. Karena itu, semua kekontrasannya sangat ditampakkan, karena kalimatnya diseimbangkan dengan penjelasan ten tang tanaman yang sudah tumbuh: "tanaman kebun yang sangat besar dan menjadi sebuah pohon." Biji itu benar-benar kecil, sebutir benih yang sangat kecil yang ditanam di ladang dan menjadi sebuah pohon. Suatu mujizat! 

Yesus menyimpulkan perumpamaan ini dengan menyinggung bagian Perjanjian Lama yaitu Daniel 4:12 dan Yehezkiel17:23 dan 31:6. Perikop dari Kitab Daniel ini dikenal oleh pendengarnya karena perikop ini menunjuk kepada mimpi Nebukadnezar ten tang sebuah pohon yang sedemikian kuat sampai ujungnya mencapai surga. Di tanah di bawah rimbunnya pohon itu ditemukan tempat bernaung, dan cabang-cabangnya dihinggapi burung-burung untuk bertengger. Yesus yang berbicara mengenai Firman Allah (Yohanes 3:34) mengajar di dalam Alkitab dengan menggunakan kata-kata kiasan verbal secara tidak langsung, dan mengundang perhatian terhadap perumpamaan Mesianik di dalam Yehezkiel17:23, "Di atas gunung Israel yang tinggi akan Kutanam dia, agar ia bercabang-cabang dan berbuah dan menjadi pohon aras yang hebat; segala macam burung dan yang berbulu bersayap tinggal di bawahnya, mereka bernaung di bawah cabang-cabangnya"[7]. 




Hasil Perumpamaan : 

Yesus mengajarkan Kerajaan Allah dengan menggunakan perumpamaan, mungkin kelihatannya tidak penting dan tidak berarti, khususnya di daerah Galilea pada abad 28 SM. Tetapi Injil Kerajaan diberitakan oleh seorang tukang kayu yang beralih menjadi penginjil yang membawa pengaruh yang kuat terhadap dunia luas. Pengikut-pengikut Yesus terdiri dari beberapa nelayan yang "tidak terpelajar" yang diutus untuk menghasilkan murid-murid dari semua bangsa. Pengikut-pengikut-Nya itu mengobarkan dunia dengan pesan keselamatan yang sampai hari ini diberitakan di hampir semua bahasa yang dikenal di dunia. Benih yang sangat kecil menjadi sebuah pohon yang sampai hari ini memberikan perlindungan dan damai bagi setiap orang di mana pun juga. Dan pada waktu itu masih belum dipergunakan. 

Pohonnya masih belum dewasa; masih dalam pertumbuhan[8]. Kita melihat fenomena pertumbuhan pohon dan kita mengetahui bahwa Allah sedang bekerja mengembangkan Kerajaan-Nya. Kita mengetahui bahwa begitu banyak orang di bumi ini sampai tidak terhitung banyaknya belum mendengar berita baik tentang kasih Allah yang mengampuni. Seluruh bangsa sebenarnya belum memiliki naungan dan perlindungan yang diberikan oleh Kerajaan Allah. Cabang-cabang pohon harus terus bertumbuh dan meluas ke daerah-daerah yang masih membutuhkan Injil sehingga banyak orang akan menemukan perlindungan dan damai[9]. Dan ketika Injil tentang Kerajaan Allah telah diberitakan untuk semua bangsa di dunia, kemudian akhir zaman akan tiba (Matius 24:14) dan pohon itu akan sepenuhnya bertumbuh. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 Hari Raya yang disamakan dengan Hari Minggu

Apakah makna orang Katolik memasang lilin di depan Patung Yesus atau Maria?

“DIPERLENGKAPI UNTUK SALING MELENGKAPI DI TENGAH KEANEKARAGAMAN”