Mukjizat Kerajaan Allah

Hari Minggu Biasa XI
P. Paulus Tongli, Pr
Inspirasi Bacaan: Markus 4:26-34 

Petani mengharapkan mukjijat panenan
Perumpamaan dalam bacaan injil hari ini berceritera tentang seorang petani, yang menabur, melaksanakan pekerjaannya, tidur, bangun, suatu irama hidup yang berlangsung berulang-ulang. Itulah hidup harian dengan tantangan dan urusannya. Setelah suatu waktu tertentu terjadilah sesuatu yang luar biasa. Bumi memberikan buah. Tidak ada penjelasan untuk hal itu, selain daripada urutan kejadian dari tindakan menabur ke tindakan menuai buah. Mula-mula orang hanya dapat melihat tunas, kemudian bulir-bulir buah dan akhirnya biji-biji gandum/padi yang siap dikonsumsi. Suatu mukjijat telah terjadi: dari biji benih, tanpa dapat dijelaskan, muncullah panenan. Setiap tahun terjadi proses yang sama: menabur – bertunas – bertumbuh – berbuah – memanen. Setiap tahun muncul mukjijat. Petani menyerahkan penjelasan akan mukjijat itu kepada alam: dengan sendirinya, secara alamiah. Setiap tahun alam membaharui dirinya. Meskipun hal itu tidak dapat dijelaskan, meskipun selalu muncul hal-hal yang luar biasa, tetapi petani menganggapnya sebagai sesuatu yang muncul dengan sendirinya.

Manusia kini dan optimisme mukjijat teknik
Pada zaman Yesus, hal menabur dan menuai merupakan pengalaman bagi semua orang. Hal itu dapat merupakan pengalaman harian yang setiap kali dapat dialami secara baru. Lain halnya pada masa kini. Tidak banyak orang dapat mengalaminya. Banyak orang kini mengalami sesuatu yang sama sekali berbeda. Meski demikian, pola dasarnya tetap sama. Banyak hal tetap tidak dapat dijelaskan. Kebanyakan orang zaman kini bergaul dengan dunia teknik. Bahkan keberadaan kita zaman kini sedikit banyak tergantung pada manfaat teknologi. Keajaiban teknik menentukan banyak hal di dalam hidup kita, dan karenanya kemajuan teknik tidak mungkin lagi dikesampingkan. Kita bepergian dengan menggunakan mobil atau pesawat, kita dapat menyaksikan orang yang meluncur ke ruang angkasa dengan menggunakan roket atau pesawat ulang alik, bahkan banyak produk makanan yang kita konsumsi setiap hari juga merupakan hasil teknologi. Kesehatan pun tidak bisa lagi lepas dari bantuan teknik. Semuanya sangat tergantung kepada fungsi teknik. Sekali teknik itu tidak berfungsi, banyak sekali hal yang menjadi terganggu bahkan menjadi kacau. Langkanya BBM misalnya akan mempengaruhi banyak sekali hal. Rusaknya mesin listrik atau menurunnya suplay air di sungai-sungai yang selama ini dimanfaatkan sebagai pembangkit tenaga listri akan membuat banyak sekali hal menjadi kacau. Jangankah rumah sakit atau industry-industri yang mengandalkan listrik, rumah tangga sekalipun sudah akan merasakannya sebagai musibah bilamana listri tidak menyala sehari saja. Bahkan terganggunya signal telepon saja sudah mengganggu kebiasaan hidup kita. Kita sudah merasa sangat terganggu. Kita harus mengakui bahwa mukjijat teknik sudah sangat berperan di dalam hidup kita, meskipun tidak semuanya dapat kita jelaskan. Banyak seluk beluk teknik tetap merupakan teka teki bagi kita yang menggunakannya.

Kerajaan Allah? 
Mukjijat teknik telah membuat kita kagum bahkan terheran-heran. Kita pun tidak mungkin lagi mengabaikannya di dalam hidup kita, kita sangat terbantu, kita pun sangat bersyukur karenanya. Mukjijat di dalam karya Yesus sebenarnya merupakan pewartaan Kerajaan Allah. Namun baik mukjijat alam maupun mukjijat teknik dalam hidup kita ternyata belum membawa dampak apa-apa terhadap datangnya Kerajaan Allah. Kita tetap jauh dari Kerajaan Allah. Di mana-mana masih terjadi ketidakadilan, penindasan, kelaparan, peperangan untuk saling membinasakan. Setiap hari masih terjadi ratapan penderitaan. Surat kabar dan televisi masih dipenuhi dengan berita-berita yang menunjukkan bahwa Kerajaan Allah masih tak terbayangkan. Bahkan mungkin karena terlalu seringnya muncul berita-berita yang demikian, kita sudah menjadi seperti mati rasa. Peristiwa-peristiwa memilukan menjadi seperti biasa saja, berlalu tanpa gema. Bagaimana membayangkan Kerajaan Allah dalam situasi seperti itu?

Apa yang bisa dipercayai?
Kita menerima teknik dengan segala “mukjijatnya”, bahwa yang semula tidak mungkin menjadi mungkin. Besi bisa terbang. Air bisa menghasilkan api dan strom dalam listrik. Kalau di dalam semuanya itu kita dapat melihat bahwa dasar dari segalanya adalah karya Allah, mukjijat Allah, kekuatan Allah tidak dapat diabaikan. Kita dapat mempercayai, bahwa Allah akan menjadikan segala-galanya baik, bahwa Kerajaan-Nya akan terlaksana. Allah mengerjakan segala sesuatu di luar bayangan manusia. Kerajaan Allah pasti datang, dan melampaui segala bayangan dan pengertian manusia. Kita dapat mempercayai hal itu, meskipun kita tidak dapat menjelaskan: bagaimana.

Tetap menjaga kerinduan akan mukjijat
Seperti mukjijat Kerajaan Allah akan datang. Seperti mukjijat panenan. Kita tidak dapat membayangkan panenan berton-ton beras dari satu karung bibit yang ditanam. Namun proses terjadi begitu saja: biji-biji bertumbuh dan berbuah berlipat-lipat, dan terjadi berulang-ulang. Tanpa disadari, karena terjadi selaras dengan perubahan alamiah, tetapi hasilnya luar biasa. Mukjijat yang seperti itu tetap boleh kita harapkan. 

Di dalam perjuangan kita melawan sisi kelabu hidup kita, kita juga tidak boleh melepaskan kerinduan akan Kerajaan Allah. Penantian di dalam kerinduan akan memberikan kita kekuatan. Dengan kerinduan akan Kerajaan Allah, kita dapat melaksanakan pekerjaan, tugas dan tanggung jawab kita dengan lebih ringan dan “enjoy”. Kita berusaha dengan sungguh-sungguh di dalam setiap aktivitas kita, tetapi kita tidak perlu putus asa bila mana tidak semua berhasil dengan sempurna. Allahlah yang akan menyempurnakan keterbatasan kita. Kerajaan Allah akan datang, akan terwujud dengan pasti meski dalam suatu proses yang panjang, laksana terang pasti akan datang seiring berlalunya gelap malam. Semua akan terjadi seturut waktunya. Dari pihak kita, kita menyesuaikan diri dengan gerak Allah itu, seperti petani menyesuaikan diri dengan gerak alam. Bekerja mengolah tanah dengan menggunakan cangkul dan sejenisnya pada musim mengolah tanah, menabur benih pada waktunya, menyiangi dengan menggunakan arit pada waktu menyiangi, memupuki dengan pupuk yang tepat pada waktunya, menuai dengan peralatan menuai pada waktu panen. Singkatnya: siap sedia dengan tindakan yang tepat pada waktu yang tepat. Itulah sikap waspada dan tanggap situasi secara kristiani. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 Hari Raya yang disamakan dengan Hari Minggu

Apakah makna orang Katolik memasang lilin di depan Patung Yesus atau Maria?

“DIPERLENGKAPI UNTUK SALING MELENGKAPI DI TENGAH KEANEKARAGAMAN”