Iman tanpa perbuatan adalah mati

HARI MINGGU BIASA XXIV
Pastor Paulus Tongli, Pr
Inpirasi Bacaan: Yak. 2:14-18

Salah satu kepercayaan dasar orang-orang Kristen adalah bahwa di dalam Kitab Kuci tidak terdapat pertentangan, sejauh kitab suci itu mengajarkan tentang kebenaran yang penting untuk keselamatan. 


Di dalam bacaan kedua pada hari Minggu ini, kita berjumpa dengan suatu yang tampaknya kontradiksi dalam hal kebenaran yang penting untuk keselamatan, suatu ajaran yang begitu sentral, sehingga menyebabkan perpecahan di dalam gereja, yang juga sampai sekarang terus-menerus memisahkan orang Kristen. Salah satu alasan munculnya protestantisme, perpecahan protestantisme dari katolisisme adalah tafsiran Martin Luther atas Rom 3:28 “Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat.” Luther menafsirkan ayat ini dalam pengertian bahwa kita diselamatkan “hanya karena iman” (sola fide). 

Luther sangat menekankan pemahaman ini, sehingga di dalam terjemahannya atas Rom 3:28 ia menambahkan kata “hanya”, meskipun kata itu tidak terdapat di dalam teks asli bahasa Yunani. Dalam bacaan kedua hari ini Yakobus menyampaikan kepada kita bahwa “jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.” Bagaimana kita dapat mendamaikan pertentangan antara ajara Paulus bahwa kita diselamatkan bukan karena perbuatan baik kita dan ajaran Yakobus bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati?
Untuk mendamaikan ketegangan ini, perlulah kita memahami tiga buah pertanyaan kunci. (1) Apa itu pembenaran? (2) Apa itu perbuatan? (3) Apa yang diajarkan oleh kitab suci tentang penyelamatan oleh iman? 

Apa itu pembenaran? Pembenaran adalah tindakan Allah di dalam mana para pendosa yang mengakui imannya akan Yesus Kristus dinyatakan tidak berdosa (seakan-akan tidak pernah berdosa). Pembenaran adalah sebuah pemberian rahmat Tuhan, yang melulu berdasarkan jasa Yesus Kristus. Pembenaran terjadi pada saat seseorang menyerahkan diri di dalam iman kepada Yesus Kristus. Di dalam gereja perdana, perubahan hati ini (pertobatan dan percaya kepada injil) ditandai dengan penerimaan pembaptisan kepada para pendosa yang bertobat dan pencurahan Roh Kudus. “Jawab Petrus kepada mereka: “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus” (Kis 2:38).
Pembenaran tidaklah sama dengan penyelamatan. Jika pembenaran itu terjadi pada awal kehidupan sebagai orang Kristen, penyelamatan terjadi pada akhir hidup, ketika orang beriman setelah semua perjuangan di dalam hidup ini dan setelah mengalami penghakiman terakhir dihadapkan pada kehadirat Allah yang kekal. Bagi kita orang Kristen di dunia ini, pembenaran adalah sesuatu yang telah terjadi di belakang kita, tetapi penyelamatan masih ada di depan kita. Inilah gambaran yang dapat kita tarik dari pengajaran Paulus di dalam surat-suratnya. Paulus berbicara tentang penyelamatan sebagai tindakan di masa depan. Beberapa contoh: 

“Karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah” (Rom 5:9)
“Sebab sekarang keselamatan sudah lebih dekat bagi kita dari pada waktu kita menjadi percaya” (Rom. 13:11).
“Kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar” (Flp 2:12)
Luther dan juga banyak orang Kristen dewasa ini mengacaukan antara pembenaran dan penyelamatan. Jika kita membedakan kedua tindakan itu, maka akan tampaklah bahwa Allah yang telah membenarkan kita melulu karena iman, tidak menyelamatkan hanya karena iman. Orang yang dibenarkan haruslah menghasilkan buah di dalam perbuatan yang baik, buah pertobatan atau hukuman pada hari penghakiman (lihat Mat. 7:16-23; Yoh. 15:1-2)

Apa itu perbuatan? Kekacauan pemahaman yang lain yang muncul di dalam ajaran Luther adalah tentang hal iman dan perbuatan. Ada dua jenis perbuatan yang disinggung di dalam Perjanjian Baru, yang biasanya diterapkan dalam ajaran Paulus. Ada pekerjaan-pekerjaan hukum, terungkap di dalam Surat Roma dan Galatia, yang dipercaya ditulis sendiri oleh Paulus, dan ada perbuatan-perbuatan baik yang terdapat di dalam Surat Efesus, yang dipercaya ditulis oleh murid-murid Paulus setelah kematian Paulus. Apakah perbedaan antara perbuatan hukum dan perbuatan baik? 

Perbuatan-perbuatan hukum adalah tindakan-tindakan yang tidak baik dan tidak buruk, artinya tidak bernilai moral di dalam dirinya sendiri. Tindakan ini dilakukan melulu sebagai ketaatan kepada hukum. Contoh tindakan ini adalah menjaga hari Sabat, sunat, dan menghindari makan daging tertentu. Sebaliknya, perbuatan baik adalah tindakan yang bernilai moral pada dirinya sendiri, yang berguna bagi orang lain. Contohnya: memberi makan kepada orang lapar, memberi pakaian kepada orang yang telanjang, mengunjungi orang yang sakit. Yang disebut oleh Paulus sebagai yang tidak berguna untuk pembenaran apalagi untuk penyelamatan adalah tindakan hukum, bukan perbuatan baik. Perbuatan baik sangatlah penting sebagai perwujudan hidup kristiani, karena, sebagaimana Yakobus katakan, iman tanpa perbuatan yang baik pada hakekatnya mati (Yak 2:17). 

Apa yang dikatakan Kitab Suci secara keseluruhan tentang iman dan perbuatan dalam hal keselamatan seseorang? Keseluruhan Kitab Suci mulai dari Perjanjian Lama sampai dengan Yohanes Pembaptis, dari injil-injil sampai dengan surat-surat Paulus, dari surat Ibrani sampai dengan Wahyu, semuanya mendukung pengajaran Yakobus tentang pentingnya iman dan perbuatan untuk keselamatan. Nubuat tentang pengadilan terakhir yang disajikan kepada kita dalam Mat 25 menunjukkan bahwa penyelamatan didasarkan atas perbuatan-perbuatan baik. 

Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. …. Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. (Mat 25:34-36, 40)

Hari ini Yakobus mengingatkan kita bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati. Marilah kita mohon kekuatan, keberanian dan kebijaksanaan di dalam menterjemahkan iman kita ke dalam perbuatan-perbuatan baik, karena seperti Yesus ingatkan di dalam Mat. 7:21 “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 Hari Raya yang disamakan dengan Hari Minggu

Apakah makna orang Katolik memasang lilin di depan Patung Yesus atau Maria?

“DIPERLENGKAPI UNTUK SALING MELENGKAPI DI TENGAH KEANEKARAGAMAN”