Karya Ajaib Tuhan dengan Cara yang Tersembunyi


HARI MINGGU BIASA II
Pastor Paulus Tongli, Pr
Inspirasi Bacaan dari (Yes. 62,1-5; Yoh. 2,1-11)
Saudara-i dalam Tuhan, pada waktu-waktu terakhir ini, kita banyak mendengar dan merenungkan tentang masa kanak-kanak Yesus, mulai dari kelahiran-Nya sampai dengan pembaptisannya oleh Yohanes, yang pada hari Minggu yang lalu kita rayakan. Hari ini kita mendengarkan kisah tentang mukjijat pertama yang dilakukan Yesus. Itulah karya pertama yang dibuat oleh Yesus di hadapan umum. Ketika saya membaca kutipan dari injil Yohanes ini, saya sempat bertanya dalam hati: „Mengapa Yesus melakukan mukjijat ini sebagai yang pertama? Mengapa perubahan air menjadi anggur, yang tidak banyak orang dapat saksikan? Kenapa bukan penyembuhan orang kusta atau penyembuhan orang buta, atau bahkan pembangkitan orang mati? Mungkin hal-hal ini akan lebih sensasional dan akan menyebabkan Yesus dikenal orang dalam waktu singkat, karena banyak orang yang menyaksikannya? 

Tetapi di dalam keseluruhan Injil, mukjijat tidak pernah menjadi bahan pertunjukan kehebatan. Tidak pernah bermaksud untuk menunjukkan bahwa karena kekuatan yang hebat, Yesus bahkan dapat mengalahkan hukum alam dan karena itu Ia pantas untuk disegani. Mukjijat Yesus selalu merupakan tanda akan iman. Pada setiap mukjijat yang dilakukan oleh Yesus, iman orang yang bersangkutan selalu merupakan syarat terjadinya mukjijat. Ia selalu mengatakan: Imanmu telah menyelamatkan engkau. 

Demikianlah juga pada peristiwa pengubahan air menjadi anggur, iman menempati posisi penting. Dalam peristiwa ini kita dapat mengalami pertama-tama iman Maria, ibu Yesus. Ia begitu yakin, bahwa puteranya dapat membantu. Ia percaya akan Dia. Meskipun Yesus mengatakan, bahwa saat-Nya belum tiba, Maria tetap teguh pada keyakinan itu, sehingga ia berkata, „perbuatlah apa yang Ia katakan kepada kalian”. Mukjijat terjadi terutama karena iman yang tak tergoyahkan ini. Di sini kita mendengarkan salah satu dari antara sedikit kata-kata Maria yang terdapat dalam Kitab Suci, dan sekaligus kata-kata yang memberikan petunjuk: „Apa yang Ia katakan kepada kalian, buatlah itu”. Di sini Maria telah menunjukkan contoh teladan bagi kita orang kristen. Maria tidak bertindak seperti kebanyakan orang sering bertindak, setelah permintaan „ditolak” menjadi kecewa dan menarik diri, tidak lagi mau melakukan sesuatu („mengambek”). 




Saudara-saudari terkasih, pesan penting kisah mukjijat dari Kana adalah bahwa Allah selalu beserta kita, bukan hanya dalam doa yang penuh ketakutan di taman Getsemani, bukan hanya pada jalan salib dan penderitaanya untuk kita di kayu salib. Ia ada beserta kita dalam setiap peristiwa hidup kita, juga ketika kita manusia mengalami kegembiraan dan cinta. Hal itu termasuk keprihatinannya yang ditampakkannya pada mukjijat di Kana, bahwa kegembiraan tidaklah memudar, dan situasi yang memalukan dan menyedihkan muncul. Perhatian dari Maria dan kehadiran Yesus telah ikut berperan sehingga pesta dapat berlangsung terus, sehingga kegembiraan tetap ada. Satu-satunya syarat adalah iman, dan di dalam hal ini, iman Maria. Dengan imannya Maria telah menolong yang empunya pesta. Jadi dengan iman kita dan dengan doa-doa kita, kita dapat juga menolong sesama kita. Allah menghendaki, agar kita dipenuhi kegembiraan, dan kegembiraan kita dapat pula menular dan menumbuhkan harapan akan masa depan yang cerah. Inilah yang dapat menjadi tugas penting kita umat beriman, bahwa kita dapat menumbuhkan harapan dan kegembiraan akan hidup di dalam diri sesama kita. 

Di dalam kisah penciptaan diceriterakan, bahwa manusia diciptakan Allah ke dalam taman Eden. Oleh karena itu dapatlah dikatakan, bahwa Allah menciptakan kita untuk bahagia. Oleh karena itu sebenarnya kegembiraan itu sebenarnya merupakan suatu kewajiban berhadapan dengan Allah dan dengan sesama kita. Kegembiraan itu merupakan utang pajak yang harus kita bayar kepada Allah; itulah cara yang paling mudah dan paling benar untuk menunjukkan bahwa kita menyadari pemberian alam dan rahmat Allah, dan mensyukurinya. Bila seseorang memberi kita hadiah, saya yakin ia lebih mengharapkan bahwa kita bergembira menerima hadiahnya daripada ucapan terima kasih. Kegembiraan itu akan menyebabkan orang yang memberi hadiah itu juga bergembira. Kegembiraan kita adalah ucapan terima kasih yang terindah dan pengakuan yang terbaik. Demikianlah juga halnya di dalam hubungan kita dengan Allah. 

Berhadapan dengan sesama, saling tolong menolong juga merupakan tanda penerimaan dan usaha untuk saling menggembirakan. Inilah yang dimaksudkan Rasul Paulus kalau ia mengatakan „...bertolong-tolonglah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus” (Gal 6:2). Hadiah yang terindah adalah kegembiaraan. Oleh karena itu kita tidak boleh mengabaikan kegembiraan-kegembiaraan yang mungkin tampaknya kecil dan tak berarti. Sebenarnya banyak kegembiraan yang kita alami di dalam hidup, yang biasanya terlewatkan begitu saja. Mukjijat pengubahan air menjadi anggur pada pesta perkawinan di Kana mengajak kita untuk lebih menyadari hal-hal yang mungkin mudah sekali terabaikan tetapi ternyata ada mukjijat yang hadir di sana. Kata-kata yang meneguhkan, pengakuan akan kebenaran atau kebaikan yang kita lakukan, pengalaman yang membawa kepada saling pengertian dan perdamaian setelah salah paham yang mungkin dapat melukai, dll pengalaman yang serupa. Hal-hal kecil inilah yang dapat membuat hidup kita lebih mudah dan dapat menolong kita untuk melalui rintangan dan memikul beban di dalam hidup kita. Semoga Tuhan selalu menolong kita untuk menyadari lebih banyak berkat daripada tantangan dalam hidup. Amin. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 Hari Raya yang disamakan dengan Hari Minggu

Apakah makna orang Katolik memasang lilin di depan Patung Yesus atau Maria?

“DIPERLENGKAPI UNTUK SALING MELENGKAPI DI TENGAH KEANEKARAGAMAN”