Cerdik seperti ular tulus seperti merpati


Sejak permulaan kekristenan hingga sekarang selalu terjadi dikotomi (pertentangan) antara Iman dan pengetahuan, antara kesalehan dengan akal budi, antara hati dan kepala, bahkan pertentangan antara para pemikir (thinkers) dan perasa (feelers).Diantara murid yesus sendiri terjadi dikotomi seperti itu. Thomas, murid Yesus, adalah orang yang mengedepankan akal budi, logika dan otak. Ketika berita tentang kebangkitan Yesus menjadi isu yang hangat dikalangan murid-murid, Thomas dengan tegas menyatakan: Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: “Kami telah melihat Tuhan!” Tetapi Tomas berkata kepada mereka: “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya.” (Yohanes 20:25).
Thomas adalah seorang pemikir ketimbang perasa. Dipihak lain, Yohanes adalah contoh orang yang mengedepankan perasaan dan iman ketimbang akal budi. Ketika dia masuk kedalam kubur Yesus yang sudah kosong itu, dia langsung percaya, bahwa Yesus sudah bangkit,walau dia belum mengerti benar apa makna bahwa Yesus akan bangkit pada hari yang ketiga.
Ternyata, Yesus memilih dan menetapkan kedua orang itu menjadi muridNya, karena Yesus membutuhkan kedua-duanya yaitu pemikir dan perasa (thinkers and feelers)
Pada abad ke-18 timbul pemisahan antara pengetahuan dan kesalehan, antara akal budi dan takut akan Tuhan, pada satu sisi abad ke -18 dikenal sebagai abad akal budi, atau “PENCERAHAN” dimana akal budi didewakan. Pada waktu itu lahir para filsuf yang luar biasa seperti Isaac Newton, J.J.Rosseau, Voltaire, David hume, Adam Smith, dan lain sebagainya. Para filsuf ini sangat mendewakan akal budi dan ilmu pengetahuan serta menolak prinsip iman dan takut akan tuhan.
Dipihak lain abad ke-18 dikenal juga sebagai “abad iman” karena pada abad itu lahir gerakan kerohanian atau kebangunan rohani sebagai reaksi terhadap gerakan pencerahan tadi. Kita mengetahui bahwa pada abad ke-18 lahir gerakan kebangunan rohani besar di Inggris yang dikobarkan oleh Jhon Wesley dan kawan-kawan, yang kemudian melahirkan gerakan pekabaran injil sedunia. Sejak saat itulah para misionaris dikirim dari berbagai negara Eropa ke seluruh dunia, sehingga injil Kristus tersebar ke seluruh ujung bumi sampai ke Indonesia.
Hingga dimasa sekarang bentuk ibadah dalam gereja pun dilabelkan dengan ibadah tradisional atau ibadah kontemporer.Banyak orang lebih tertarik mengikuti ibadah yang kharismatik yang lebih menekankan perasaan, hati dan emosi. Tetapi yang lain lebih suka yang tradisional yang menekankan teologi dan logika liturgi.
Pertanyaannya ialah bagaimana hubungan iman dan akal budi, antar ilmu pengetahuan dan takut akan Tuhan. Yesus mengajarkan bahwa kita diutus ke tengah-tengah dunia seperti mengutus domba ketengah-tengah srigala. “Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati” (Matius 10:16). Domba yang berada ditengah-tengah srigala sudah pasti menghadapi ancaman dan tantangan yang luar biasa, karena hidupnya sedang terancam dan dipertaruhkan. Seperti itulah kondisi murid-murid Yesus, yakni menghadapi banyak perlawanan, tantangan. Dalam kondisi seperti itu Yesus mengingatkan kita untuk tidak boleh bersikap seperti domba, yang lugu, bodoh, tidak siap dan tidak tahu apa-apa. Yesus mengajarkan bahwa sikap satu-satunya dalam kondisi domba ditengah-tengah srigala adalah cerdik seperti ular (tetapi tidak menjadi ular)dan tulus seperti merpati (tidak jinak-jinak merpati). Ular adalah simbol akal budi.di Mesir simbol “hikmat dan pengetahuan” karena ular sangat cerdik menghindari bahaya. Sedangkan merpati adalah simbol hati yang suci. Roh Kudus mengambil rupa seperti merpati.
Yesus menegaskan bahwa didunia ini kita harus memiliki kedua kemampuan itu sekaligus, yakni otak yang cemerlang dan hati yang jujur dan tulus.Yesus tidak mempertentangkan antara akal budi dan iman.Yesus justru menegaskan perlunya memadukan kedua kapasitas itu kedalam diri setiap orang. Memisahkan yang satu dengan yang lain amat berbahaya. Sebab pengetahuan tanpa hati yang bersih dan jujur akan menjadikan kekuatan yang ampuh untuk merusak dunia.Dipihak lain hati yang bersih dan jujur tanpa ilmu pengetahuan tidak dapat bertahan dan sangat naif.
Karena itulah Amsal 1:7 mengawinkan kedua prinsip tadi dengan mengatakan: “Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.” atas dasar inilah Albert Einstein, ilmuan penemu teori Relativitas ini berkata: “ilmu pengetahuan tanpa iman adalah buta, iman tanpa ilmu pengetahuan adalah lumpuh”.
Karena itu yang PERTAMA dan UTAMA, milikilah dan kembangkanlah kualitas hidup saudara dgn mengasah kecerdasan dan mendalami ilmu pengetahuan (sesuai bidang masing-masing) secara terus-menerus. Agar dapat bertahan dan selalu dibutuhkan dalam dunia yang penuh dengan persaingan di era globalisasi ini, saudara harus cemerlang. Bila saudara tidak cemerlang, saudara tidak akan dibutuhkan.
KEDUA, milikilah hati yang tulus, bersih jujur dan moral yang tinggi, agar kita dapat dipercaya oleh orang lain. Tulus berarti: motivasinya benar dan murni, “APA ADANYA”. Merpati juga merupakan simbol damai, karena itu orang kristen juga terpanggil untuk menjadi pembawa damai dimanapun dia berada. Yesus berkata:”Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” (Matius 5:9).
Hanya dengan memiliki dan menggabungkan kedua kualitas hidup tersebut kita akan menjadi berkat dan terang untuk bangsa ini, dimana kita menjadi teladan untuk orang sekitar bahkan bangsa ini.Bangsa ini sedang kehilangan orang-oramg yamg memiliki kecerdasan intelektual dan juga moralitas yang tinggi. Berdampaklah dan bersinarlah bagi diri anda, keluarga, lingkungan, gereja, bangsa Indonesia. Tuhan memberkati

Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 Hari Raya yang disamakan dengan Hari Minggu

Apakah makna orang Katolik memasang lilin di depan Patung Yesus atau Maria?

“DIPERLENGKAPI UNTUK SALING MELENGKAPI DI TENGAH KEANEKARAGAMAN”