Mengenali Tuhan Yang Bangkit di dalam Orang Asing


HARI RAYA PASKAH/C
Oleh: Pastor Paulus Tongli, Pr
Inspirasi Bacaan dari : Lukas 24:13-35

Dua orang murid yang sedang galau meninggalkan kumpulan murid yang lain dan orang-orang yang percaya di Yerusalem dan berjalan menuju Emaus. Mungkin mereka ingin menjauhkan diri dari hal-hal yang membuat mereka bimbang dan ragu. Pada hari yang sama pada larut malam mereka kembali dengan penuh sukacita berkumpul dengan kelompok para murid dan orang-orang percaya yang mereka tinggalkan pagi-pagi pada hari itu. Apa yang terjadi atas mereka sehingga mereka dapat seketika berubah? Mereka menjumpai seorang asing di dalam perjalanan – seorang asing yang pastilah pada awalnya tidak menyerupai Yesus namun setelah perjalanan dan perjumpaan lebih lama telah berubah menjadi Yesus. 
Biasa kita menasihatkan kepada anak-anak kita: “jangan berbicara dengan orang asing di jalan” namun kalau nasihat ini diikuti oleh Cleopas dan teman seperjalanannya, mereka pasti melewatkan kesempatan untuk bertemu dan diubah oleh Yesus yang bangkit. Berapa sering Tuhan yang bangkit menjumpai kita, tanpa kita mengenal-Nya atau mengalami rahmat yang mengubah kita hanya karena kita takut akan orang asing. 
Cleopas dan temannya sedang berusaha untuk menjauhkan diri mereka dari skandal musibah yang dialami oleh para rasul dan para pengikut Yesus berkenaan dengan kematian guru mereka di tangan para prajurit Roma. Meskipun demikian, mereka tidak dapat menahan mulut mereka untuk tidak membicarakan peristiwa itu sementara mereka di dalam perjalanan. Mereka membicarakan kekecewaan mereka sepanjang perjalanan. Kita dapat membayangkan perasaan dan emosi yang sedang mereka alami sementara mereka dalam perjalanan ke tempat asing, Emaus. Ada rasa kecewa, sedih, rasa tertekan yang mendalam, semuanya bercampur baur menjadi satu. 
Tiba-tiba seorang asing menggabungkan diri dengan mereka di dalam perjalanan itu dan menyapa mereka “Apakah yang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?” (Luk 24:17). Dalam situasi seperti itu mungkin saja orang akan dengan spontan menjawab, “tidak usah campur-campur urusannya orang”. Jawaban ini akan diberikan oleh orang yang punya ketakutan kepada orang asing. Tetapi Cleopas dan temannya berbeda. Cleopas heran dan berkata, “Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan ini?” (ayat 18). “Apa itu?” jawab orang asing itu. Pertanyaan ini telah menyebabkan mereka terlibat di dalam suatu percakapan yang telah membakar hati mereka dengan semangat dan pandangan yang baru. Semuanya itu terjadi karena mereka mempercayai orang asing dan karena itu terbuka untuk saling tukar pikiran dengannya. 
Cleopas dan temannya berbagi dengan orang asing itu sepanjang perjalanan. Mereka tidak hanya terbuka untuk menceriterakan pengalaman dan perasaan mereka, tetapi juga terbuka untuk menjadi teman seperjalanan dan terbuka untuk membagi bekal dan tempat tinggal dengannya. Itulah proses “sharing”, saat keterbukaan yang menyebabkan mereka tiba-tiba menyadari bahwa orang yang semula mereka terima sebagai orang asing dan tak berdaya ternyata adalah Yesus, yang merupakan jawaban atas segala keraguan dan kebimbangan mereka. Menyadari bahwa orang yang mereka percayai, Yesus Kristus, sungguh hidup dan tidak mati, telah memberi makna baru kepada hidup mereka, kepada iman dan panggilan mereka. Melupakan semua ketakutan dan keputusasaan mereka, mereka bangkit pada saat itu juga dan kembali ke Yerusalem untuk menjumpai para murid dan pengikut Yesus dan berbagi akan kegembiraan yang mereka alami, bahwa mereka telah berjumpa dengan Tuhan yang bangkit di dalam diri seorang asing. 
Kebangkitan bagi Yesus adalah garis pemisah antara hidup duniawi (saat mengambil wujud sebagai seorang laki-laki, seorang Yahudi) dan hidup dalam kebangkitan (yang tidak lagi dibatasi oleh wujud-wujud tadi). Tuhan yang bangkit kini menampakkan diri di dalam diri siapa saja: laki-laki dan perempuan, hitam dan putih, muda dan tua, kaya dan miskin, cacad dan normal, pribumi dan pendatang, katolik dan protestan, kristen dan muslim, kelompok liberal dan konservatif, dan seterusnya. Meskipun kita mungkin memandang mereka yang berbeda dengan kita sebagai orang asing, tetapi injil hari ini menantang kita untuk mulai memandang mereka teman seperjalanan. Manakala kita menjangkau mereka di dalam keramahtamahan, kita menjangkau Allah dan mendatangkan rahmat untuk diri kita sendiri. 
Marilah kita hari ini memohon rahmat untuk dapat mengatasi ketakutan kita kepada orang asing (lain dan berbeda dengan kita dan kelompok kita), memohon keberanian untuk menjangkau mereka dengan hati yang terbuka dan tangan yang terulur, karena kita tahu bahwa juga melalui orang-orang asing, yang tampil di dalam perjalanan kita, yang mungkin sama sekali tidak tampak seperti Yesus, Yesus dapat menampakkan diri seperti orang asing yang sendirian di dalam perjalanan ke Emaus. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 Hari Raya yang disamakan dengan Hari Minggu

Apakah makna orang Katolik memasang lilin di depan Patung Yesus atau Maria?

“DIPERLENGKAPI UNTUK SALING MELENGKAPI DI TENGAH KEANEKARAGAMAN”