Dihukum tanpa bersalah

RD. Paulus Tongli

Hari Minggu Biasa ke XXVI
Inspirasi Bacaan dari : Lukas 16: 19-31

Bayangkanlah kisah ini. Seseorang meninggal dan tiba di hadapan kursi pengadilan Allah. Hakim Ilahi membuka buku kehidupan dan tidak menemukan nama orang itu di dalamnya. Maka ia memaklumkan kepada orang itu bahwa tempatnya ada di neraka. Orang itu keberatan, “Tetapi apa yang sudah saya lakukan? Saya tidak melakukan sesuatu!” “Persis itu sebabnya”, jawab Allah, “itulah sebabnya engkau harus ke neraka.” Orang itu bisa seperti orang kaya dalam perumpamaan hari ini. 

Perumpamaan tentang orang kaya dan Lasarus telah menimbulkan pertanyaan mengapa orang kaya itu harus masuk neraka. Tidak diceriterakan bahwa ia mendapatkan kekayaannya dengan cara yang jahat. Juga tidak diceriterakan bahwa ia penyebab kemiskinan dan penderitaan Lasarus. Tidak diceriterakan bahwa ia telah melakukan kejahatan. Yang diungkapkan adalah bahwa Lasarus mengemis kepadanya dan ia menolak untuk membantu Lasarus. Semua yang kita dapat baca adalah bahwa orang kaya itu berpakaian mewah dan makan makanan yang mewah sebagaimana yang juga orang-orang sukses lainnya lakukan. Kalau begitu mengapa ia harus masuk neraka? 

Persoalan mengapa orang itu harus masuk neraka berkaitan erat dengan persoalan paham kita tentang dosa. Kita kadang berpikir bahwa kita hanya berdosa dengan pikiran, perkataan dan perbuatan. Kita melupakan hal yang keempat dan merupakan cara yang sangat sering orang berdosa, yakni dengan kelalaian. Di dalam doa “Saya mengaku” kita mengucapkan kata-kata ini: “Saya telah berdosa dengan pikiran dan perkataan, dengan perbuatan dan kelalaian”. Namun betapa sering kita melupakan dosa kelalaian. Perumpamaan kita hari ini mengingatkan kita bahwa dosa kelalaian dapat menghantar seseorang ke neraka. Inilah yang terjadi kepada orang kaya itu. 

Lasarus, orang miskin itu, berbaring di depan pintu. Dan orang kaya itu sama sekali tidak peduli. “Apa yang terjadi kepada Lasarus yang berbaring dekat pintu masuk rumahku bukanlah urusanku. Itulah yang selalu dibuatnya, bahkan saya akan senang sekali kalau ia tidak di situ lagi” demikian mungkin yang dipikirkannya. “Saya mengurus urusanku sendiri dan orang lain harus mengurus urusannya sendiri.” Kemudian orang kaya itu mungkin menelpon polisi untuk melaporkan bahwa ada orang asing yang berbaring di depan rumahnya. Sementara itu anjing-anjing datang dan menjilat borok Lasarus. Dan orang miskin itu meninggal. Pekerja-pekerja sosial datang mengambil jenasahnya dan menguburkannya di pekuburan orang-orang yang tidak dikenal. Orang kaya itu kemudian kembali masuk ke dalam rumahnya dan kemudian melanjutkan meminum kopi. Tentu saja ia tidak melakukan hal melawan Lasarus. Tetapi ia lalai untuk melakukan kebaikan. Ia lalai untuk mengulurkan tangan menjangkau orang-orang yang berkekurangan dengan berkat yang ada padanya. Dosanya adalah kelalaian, dan untuk itu ia harus menderita di neraka. 

Masalah lain yang kita hadapi di sini adalah mengapa Lasarus masuk surga? Satu hal yang tidak terungkap di sini adalah bahwa dia adalah orang yang sangat mengandalkan Allah atau ia telah melakukan hal yang baik. Namun memperhatikan nama yang digunakan, hal itu sangatlah berarti. Di dalam kitab suci, nama sangatlah penting karena nama seringkali mengandung kepribadian dan sifat-sifat dasar seseorang. Di dalam perumpamaan-perumpamaan yang digunakan Yesus, di sinilah satu-satunya kesempatan Yesus mengungkapkan karakter seseorang melalui nama. Maka nama Lasarus di sini mempunyai peranan penting untuk memahami perumpamaan ini. 

Nama “Lasarus” adalah bahasa Yunani dari kata Ibrani “Eleasar” yang berarti “Tuhanlah pertolonganku”. Lasarus karena itu tidak sekedar orang miskin, tetapi seorang miskin yang percaya kepada Allah. Mengapa ia duduk di pangkuan Abraham di dalam surga, adalah karena iman dan kepercayaannya kepada Allah bukan hanya karena dia miskin. Karena mengabaikan arti nama Lasarus di dalam mengartikan perumpamaan ini, banyak orang yang menganggap bahwa akan ada perubahan otomatis di dalam hidup yang akan datang: orang kaya akan menjadi orang miskin dan sebaliknya orang miskin akan menjadi kaya. Tetapi bukan inilah inti dari perumpamaan ini. Orang kaya yang menggunakan kekayaannya untuk melayani Allah di dalam sesamanya akan tetap terberkati di dalam hidup yang akan datang. Orang miskin yang menghabiskan seluruh hidupnya di dalam penderitaan dan menolak untuk percaya dan tidak mengandalkan Allah seperti Lasarus tentu akan tetap menderita di dalam hidup yang akan datang. 

Pesan dari perumpamaan ini adalah: jika anda merasa seperti Lasarus saat ini, menderita karena penyakit atau kemiskinan, dilupakan oleh orang lain dan oleh mereka yang menikmati banyak anugerah Tuhan di dalam hidup ini, tetaplah percaya kepada dan mengandalkan Allah, karena yakin bahwa jiwa anda akan diselamatkan di dunia akhirat nanti. Jika anda melihat diri anda sebagai salah seorang yang banyak menikmati berkat Allah di dalam hidup ini, bukalah pintu anda dan lihatlah, mungkin ada seorang Lasarus terbaring di depan pintumu yang memtutuhkan uluran tanganmu, tetapi selama ini belum anda perhatikan. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 Hari Raya yang disamakan dengan Hari Minggu

Apakah makna orang Katolik memasang lilin di depan Patung Yesus atau Maria?

“DIPERLENGKAPI UNTUK SALING MELENGKAPI DI TENGAH KEANEKARAGAMAN”