HARI RAYA TUHAN KITA YESUS KRISTUS RAJA SEMESTA ALAM

Hari ini seluruh Gereja menyambut Hari Raya Kristus raja Semesta Alam sebagai penutup tahun Liturgi Gereja. Minggu depan adalah permulaan tahun Liturgi Gereja. Yesus bukan Raja duniawi (politis), tetapi Raja rohani. Dia menjadi segala-galanya bagi orang yang percaya kepada-Nya. Tahta-Nya bukan terbuat dari emas, namun tahtanya berada di hati setiap manusia. Apakah kita, Anda dan saya, sungguh mengalami bahwa Dia meraja dan bertahta di hati kita?
Untuk bisa mengalami seperti ini kita hendaknya terbuka pada kasih-Nya dan membiarkan diri dibimbing serta dipimpin oleh kasih-Nya, sehingga kita menyatu dengan Dia. Kita hidup dan dihidupi oleh Kristus. Marilah kita berkeyakinan seperti Paulus: "Aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku" (Gal 2: 20).
Di depan Pilatus Kristus bersaksi bahwa Dia seorang Raja yang bukan dari dunia ini, sekalipun dengan resiko ditolak, bahkan dijatuhi hukuman salib. Seperti Kristus, demikian pula kita hendaknya bersaksi di tengah masyarakat plural agama-agama yang sebagian besar belum, apalagi mengenal dan mengimani Kristus Raja.
Bagaimana kita bersaksi? Jadilah Injil yang hidup. Caranya ialah menampilkan Kristus yang hidup dalam diri kita masing-masing lewat pergaulan kita dalam hidup sehari-hari. Tujuannya ialah agar Kristus yang tak kelihatan menjadi kelihatan melalui sikap, penampilan serta tutur kata yang menyejukkan. dengan melakukan hal itu berarti kita mau bersaudara dan membangun persaudaraan tanpa membedakan siapapun.
Dasar mau menerima sesama sebagai saudara ialah bahwa kita percaya dan melihat Kristus ada dalam diri sesama yang kita jumpai, entah dia itu orang yang menyenangkan atau sebaliknya. Terutama melihat orang yang paling hina, karena tidak mustahil Kristus ada dalam diri orang yang sering kurang kita perhitungkan atau kurang kita hargai.
Ingat Sabda-Nya: "Segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina, kamu telah melakukannya untuk Aku" (Mat 25: 40). Jika kita bisa melihat wajah Yesus pada diri sesama, maka kita menjadi orang terberkati yang layak menerima anugerah kekal. Bila tidak, kita menjadi orang terkutuk dan cocok untuk hukuman kekal.
Di mana dan kapan kita membangun persaudaraan insani? ? Ada banyak kesempatan:
• Di RT-RW. Kita dengan tetangga mau akrab, membantu yang kekurangan.
• Di tempat kerja. Menyapa satpam, cleaning service, pegawai kecil dsb.
• Hadir dan berperan di kegiatan Lingkungan dan paroki.
Semoga dengan demikian kita menumbuhkan simpati kita sebagai pengikut Kristus.
Marilah kita menjadi Injil yang hidup dan menjadi berkat bagi siapapun. Amin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 Hari Raya yang disamakan dengan Hari Minggu

Apakah makna orang Katolik memasang lilin di depan Patung Yesus atau Maria?

“DIPERLENGKAPI UNTUK SALING MELENGKAPI DI TENGAH KEANEKARAGAMAN”