“WASPADALAH: PERSELISIHAN MEMBAWA PERPECAHAN”

HARI MINGGU BIASA III
Inspirasi Bacaan: Yesaya, 8, 23b-9, 3; 1Kor 10-17; Mat 4:12-13.

Adalah suatu fakta yang tidak dapat disembunyikan bahwa hampir semua Umat beragama terlah terpolarisasi dalam berbagai faham keagamaan yang sempit. Bahakan dalam sejarah setiap Agama Besar kita mengetahui dan menyaksikan terjadinya  perpecahan yang tak jarang berakhir dengan kekerasan, yang memicu terjadinya peperangan, yang sering disebut perang agama atau  perang suci,  misalnya ‘perang salib’  atau perang ‘ sahid’. Sebagai sebuah istilah, semestinya tidak perlu ada istilah ‘perang agama’, apalagi perang suci, karena dalam istilah perang agama terkandung dua hal yang sangat kontradiktif. Dalam berperang orang membenarkan kekerasan untuk mencapai tujuan, sedang dalam beragama orang mestinya menghidari kekerasan untuk mencapai tujuan. Istilah agama berasal dari  dari bahasa Sansekerta, a artinya tidak, gama artinya kacau. Jadi secara singkat dapat disimpulkan bahwa agama adalah cara dan pandangan hidup yang  menolak kekacauan. Menolak kekacauan berarti menolak  kekerasan yang menjadi sumber kekacauan. Menolak kekerasan berarti menolak perang, apapun istilahnya.
Dengan latar belakang fakta dan pemahaman seperti tersebut di atas ajakan untuk menggalang  PERSATUAN dan PERSAUDARAN lewat Pekan Doa Sedunia menjadi sangat relevan dan urgen dalam dunia  kita, khususnya  sepanjang dan sejauh orang menyebut dirinya beragama. Sebagai orang Kristen kita perlu menyadari bahwa sejak awal Yesus telah mengungkapkan KEPRIHATINAN dan KERINDUANNYA tentang para pengikutNya. Dalan Yohanes 17 Yesus mengungkapkan dalam doanya betapa pentingnya PERSATUAN  di antara para pengikut-pengikutNya, sebagaimana Yesus bersatu dengan BapaNya: Yesus ADA di dalam Bapa dan Bapa ADA di dalam Yesus.  Dalan kesadaran dan keyakinan seperti itulah selama tujuh hari berturut-turut, dimulai pada tgl 18 Januaari yang lalu dan berakhir pada tgl 25 Januari diadakanlah Pekan Doa Sedunia untuk menggalang Persatuan di antara seluruh umat Kristiani. Tanggal 18 Januari dipilih untuk menutup Pekan Doa Sedunia untuk memperingati  Pertobatan Rasul Paulus yang dikenal sebagai Rasul Segala Bangsa . Sebab berkat karya Pewartaan  Rasul Paulus bangsa-bangsa non-Yahudi dengan mudah   menerima Inji.
Terkait dengan ketiga Bacaan pada hari Minggu Biasa III, kiranya Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat Kristen menjadi suatu ‘keharusan’ bagi semua umat Kristen, karena baik nabi Yesaya, Rasul Paulus dan lebih-lebih Tuhan Yesus sudah menegaskan dan memperlihatkan dalam pewartaan mereja SIKAP dan AJARAN HIDUP BARU  yang sangat inklusif dan bersifat universal. Nabi Yesaya yang hidup sekitar  6 abad sebelum Kristus menubuatkan bahwa sesungguhnya Keselamatan tidak menjadi milik eksklusisf bangsa Yahudi, tetapi semua bangsa manusia yang senantiasa  merindukan Tuhan dalam hidupnya. “Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar, mereka yang diam di negri kekelaman, atasnya terang telah bersinar” (Yesaya 9,1). Nubuat Yesaya ini terwujud , ketika Yesus meninggalkan Nasaret, lalu menetap di Kaparnaun, di tepi danau, di daerah Zebulon dan Naftali (bdk Mat 4,13). Yesus meruntuhkan tembok pemisah (faham yang sempit dan kerdil dari bangsanya). Yesus merangkul bangsa-bangsa non-Yahudi untuk menjadi satu ‘keluarga baru’ Allah, yang kemudian disebut sebagai Gereja (baca Syahadat Panjang: ciri-ciri Gereja yang benar, yang dikehendaki Tuhan Yesus: Satu, Kudus, Katolik dan Apostolik, Puji Syukur no. 2). 
Dalam mengelola/menggembalakan ‘Keluarga Baru’ Allah (Gereja yang benar) Rasul Paulus dalam Bacaan II pada hari Minggu ini memberikan nasehat-nasehat Pastoral yang selalu relevan dengan kehidupan Umat Kristiani, yang cenderung terpolarisasi dalam faham-faham keagaman yang sempit dan pengkultusan figur-figur tertentu. Rasul Paulus berkata: “Saudara-saudara, aku menasehati kamu, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir. Sebab ……………………………….. bahwa ada perselisihan di antara kamu. Yang aku maksudkan ialah, bahwa kamu masing-masing berkata: Aku dari golongan Paulus. Atau aku dari golongan Apolos. Atau aku dari golongan Kefas. Atau aku dari golongan Kristus. Adakah Kristus terbagi-bagi? Adakah Paulus disalibkan karena kamu? Atau adakah kamu dibaptis dalam nama Paulus? (Bdk 1Kor 1:10-17).  Situasi perpecahan yang mengancam umat Kristen di Korintus sebagaimana di rekam dan diingatkan rasul Paulus dalam bacaan II pada h ari Minggu ini  sering menimpa umat Kristen. Contoh konkrit dapat kita lihat di kota Makassar dengan bermunculannya papan reklame yang mempromosikan sejumlah penginjil-penginjil sebagai buntut dari perselihan dan perpecahan. Bahkan tak jarang pembangunan atau munculnya rumah-rumah  ibadah berbanding lurus atau akibat  perpecahan umat Kristen.  Kiranya fenomena yang tidak sehat ini TIDAK TERJADI  dan TIDAK AKAN TERJADI di dalam Gereja kita, Gereja yang SATU, KUDUS, KATOILIK DAN APOSTOLIK, sebagaimana diingatkan  Rasul Paulus dalam Bacaan II pada hari Minggu ini. Semoga Pekan Doa Sedunia tahun  ini semakin mendorong umat Kristen untuk mau BERSATU dan BERSAUDARA dengan belajar dari pengalaman  (sejarah ) dan membuka diri pada Gereja yang BENAR yaitu Gereja yang dipimpin oleh Paus dan Uskup, bukan Gereja yang dipimpin oleh ‘penginjil-penginjil’ karbitan, yang sering kali terdorong oleh motivasi  ekonomi (perpuluhan).
Tulisan ini juga telah di muat di Tribun Timur Makassar

Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 Hari Raya yang disamakan dengan Hari Minggu

Apakah makna orang Katolik memasang lilin di depan Patung Yesus atau Maria?

“DIPERLENGKAPI UNTUK SALING MELENGKAPI DI TENGAH KEANEKARAGAMAN”